Kamis, 13 Oktober 2011

SISTEMATIKA PEMBODOHAN SISWA DALAM PENDIDIKAN (Baik Pendidikan Formal Maupun Nonformal)

SISTEMATIKA PEMBODOHAN SISWA DALAM PENDIDIKAN

(Baik Pendidikan Formal Maupun Nonformal)

Oleh: Fikriyanto Pamili (che_al-fikriy)[1]

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kemajuan suatu bangsa bisa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Kita lihat saja, Negara yang katanya terkuat yaitu Amerika Serikat. Mereka tidak akan bisa menjadi Negara yang ditakuti dunia bila pendidikan kita setarap dengan pendidikan kita (Indonesia). Contoh lain, Negara Jepang yang terkenal dengan kehebatan science dan teknologinya. Mengapa Jepang bisa menjadi Negara yang berteknologi tinggi? Sedangkan kita hanya mampu berkutat dalam pengguna teknologi. Jepang adalah Negara yang menghargai pendidikan, mendahulukan kepentingan pendidikan dari pada kepentingan yang lain, dan tidak segan-segan mengeluarkan dana yang besar uuntuk pendidikan. Sedangkan, Negara kita hanya sibuk membicarakan kedudukan sehingga pendidikan menjadi perhatian yang kesekian, belum lagi masalah bencana alam yang sering melanda bumi Indonesia seperti: banjir, kebakaran hutan, gunung meletus, keluarnya lumpur dari dasar bumi, dan lain sebagainya dapat meyebabkan biaya sangat besar bagi Indonesia.

Masalah pendidikan tidak habis-habisnya untuk dikritik, direnungkan, disesalkan, dan dibicarakan oleh penulis maupu oleh orang-orang yang peduli dengan pendidikan Indonesia. Pendidikan di Indonesia belum mampu menjawab kebuntuan problem yang dihadapi masyarakat. Bisa dikatakan, pendidikan sudah jauh melenceng dari hakikat pendidikan sebenarnya dan sam sekali tidak sesuai dengan yang dicita-citakan oleh Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Tidak hanya itu, pendidikan di Indonesia tidak pernah luput dari proses pembodohan siswa (anak didik) yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab (pendidik).

Dalam pandangan seorang ahli, Faulo Freire bahwa pendidikan adalah sebagai proses pembebasan, tidak lagi diperhatikan oleh para pendidik baik di lingkungan pendidikan in formal maupun formal. Hal ini disebabkan, karena masalah yang dihadapi oleh Negara kita yang sampai saat ini tidak dapat terselesaikan. Sehingga masalah pendidikan di Indonesia hanya menjadi perdebatan anggota DPR dirapat persidangan paripurna. Bukan hanya itu, pendidikan kita juga terhimpit oleh masalah anggaran yang katanya, upaya pemerintah mengadakan rencana anggaran pendidikan 20%, yang saat ini belum dirasakan sampai kepelosok. Barangkali inilah nasip pendidikan nasional kita hanya sebatas janji pemerintah dan wakil rakyat. Sungguh menyesalkan!!!!!!!

Masalah yang timbul dalam dunia pendidikan kita saat ini kian komplek, seperti praktek pembodohan siswa yang terjadi di Indonesia. Di satu sisi ada yang mengatakan praktek pembodohan siswa sering terjadi pada lingkungan sekolah atau perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (pendidikan formal), namun di sisi lain proses atau praktek pembodohan siswa juga terjadi pada lingkungan keluarga dan masyarakat/pemerintah.

A. DALAM RUMAH TANGGA (KELUARGA)

Seorang anak (siswa) pertama kali memperoleh pendidikan di lingkungan keluarga. Di keluargalah akan terbentuk watak anak, apakah dia akan menjadi seorang anak yang rajin, malas, manja, dan sebagainya. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena sejak timbulnya adab kemanusiaan keluarga selalu berpengaruh terhadap perkembangan anak manusia.

Namun demikian, masih banyak banyak sekali ditemukan kenyataan bahwa orang tua yang seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya melakukan tindakan dan atau perilaku-perilaku yang mengarah dan menyebabkan pembodohan terhadap anaknya sendiri (siswa).

M. Joko Susil[2], sebagai pengkritisisi masalah dalam dunia pendidikan mengatakan, bahwa pembodohan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga (keluarga) disebabkan karena:

1. Kurangnya perhatian orang tua

2. Menyuap pihak sekolah (guru)

3. Pemaksaan hak

4. Menyuruh anak mencari nafkah

5. Keras dalam mendidik

Agar proses pembodohan siswa tidak tejadi pada lingkungan keluarga, maka orang tua harus member motivasi. Adapun motivasi yang paling baik adalah dengan cara memberikan contoh yang baik dan sportif dari tingkah laku atau perbuatan orang tua. Biarkan sang anak memilih apa yang terbaik untuknya.

B. PEMBODOHAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN (SEKOLAH DASAR HINGGA PERGURUAN TINGGI)

Pembodohan siswa tidak saja terjadi di lingkungan keluarga tetapi di lingkungan sekolah. Sekolah yang dalam hal ini sebagai peralihan dari bentuk pendidikan informal (keluarga) ke pendidikan formal, yang bertanggung jawab terhadap proses pembentukan watak perserta didik. Hal ini sering terjadi pada lembaga pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT).

Berikut beberapa bentuk perilaku-perilaku pembodohan siswa yang sering terjadi di sekolah atau lembaga formal.

1. Memanipulasi nilai, hal ini dilakukan pihak sekolah atau guru karena atas dasar kasihan, tekanan dari kepala sekolah, kedekatan dengan siswa, bahkan ada yang melakukannya karena mendapat sogokan dari orang tua siswa maupun siswa itu sendiri.

2. Guru/Dosen yang tidak percaya diri, hal ini disebabkan karena ada guru yang sering membantu siswanya dalam menghadapi kesulitan yang tidak begitu rumit.

3. Cara mengajar yang membodohkan siswa, hal ini terjadi karena sekian banyak Guru/Dosen yang kurang profesional.

4. Hukuman yang tidak mendidik misalnya, tidak mengizinkan siswa mengikuti pelajaran karena terlambat dan sebagainya, yang katanya agar siswa bisa belajar disiplin waktu. Jika sering dilakukan hal tersebut maka siswa tersebut ketika menjadi pendidik akan mengikuti pola atau cara mendidik yang dilakukan oleh pendidik.

C. PEMBODOHAN DI MASYARAKAT/PEMERINTAH

Kita sepakat bahwa pendidikan adalah tanggung jawab seluruh masyarakat, entah itu masyrakat kaya atau miskin, tua muda, orang yang pintar atau tidak pintar, pemerintah, siswa, guru/dosen, dan sebagainya. Jadi, kita wajib peduli dengan pendidikan anak bangsa supaya tidak ada lagi masyarakat yang dianggap bodoh karena tidak pernah mengembangkan pemikirannya melalui pendidikan di bangku sekolah. Memang benar, pendidikan tidak hanya diperoleh dari instansi pendidikan. Pendidikan besifat kekal selama kita masih hidup sebagaimana slogan “long life eduction”.

Namun demikian, meskipun masyarakat memiliki tanggung jawab terhadap dunia pendidikan kita, juga sering melakukan tindakan atau perilaku-perilaku pembodohan terhadap siswa. Baik kalangan orang tua maupun kalangan anak muda serta pemerintah sering melakukan praktek pembodohan terhadap siswa. Hal ini terjadi dalam pengalaman hidup saya ketika bergaul dengan masyarakat, sering terdengar jawaban yang keluar dari mulut masyarakat bahwa tanpa berpendidikan mereka masih bisa bertahan hidup. Adapun yang mengatakan “mendingan saya ke kebun menanam tanaman yang bisa menghasilkan uang dari pada sekolah yang lulus saja tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari orang yang tidak sekolah, akhirnya pegang pacul dan menggarap kebun juga”.

Penulis menggolongkan beberapa tindakan pembodohan siswa dalam masyarakat atau pemerintah yaitu sebagai berikut:

1. Budaya kapitalis, sering dilakukan oleh masyarakat yang berduit (konglomerat) sehingga munculnya wacana “orang miskin dilarang sekolah”.

2. Anarkis dalam masyarakat juga mempengaruhi pembodohan dalam masyarakat, melalui kegiatan demonstrasi hingga mengarah kepada tindakan anarkis, sukuisme, tawuran antar penduduk dan tindakan merusak lainnya

3. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan, ini terjadi karena mereka bersifat acuh tak acuh terhadap masalah pendidikan

4. Ijazah palsu, hal ini sering di lakukan oleh sekelompok elit politik yang terjadi di berbagai daerah. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan praktek pembodohan siswa tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah maupun keluarga, tetapi juga sering terjadi pada lingkungan masyarakat dan pemerintah. Maka dari itu kita jangan hanya berpangku tangan, mulut terbungkam, duduk diam melihat segala ketimpangan yang terjadi dalam dunia pendidikan kita.

Hapuskan Pembodohan Terhadap Anak (Siswa)!!!!!!!!!!!!



[1] Mahasiswa yang sedang study S1 di IAIN Sultan Amai Gorontalo

[2] Dikutip dari buku M.Joko Susilo, pembodohan siswa, hlm 71.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar